Minggu, 03 Oktober 2010

Ana Rindu Dengan Zaman Itu....


Puisi ini adalah Sepenggal episode perjalanan Da`wah di masa
lalu di masa lalu.......
Aku Rindu Zaman itu
Aku rindu zaman itu ketika halaqoh adalah kebutuhan, bukan sekedar sambilan apalagi hiburan
Aku rindu zaman itu ketika membina adalah kewajiban, bukan pilihan apalagi beban dan paksaan
Aku rindu zaman itu ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan
Aku rindu zaman itu ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan apalagi Kecurigaan
Aku rindu zaman itu ketika Tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan dan Hujatan
Aku rindu zaman itu ketika nasihat menjadi penyejuk jiwa bukan su’udzon atau Menjatuhkan
Aku rindu zaman itu ketika nasyid menjadi senandung penggugah semangat
Aku rindu zaman itu ketika nasyid ghuroba menjadi lagu kebangsaan
Aku rindu zaman itu ketika hadir di Halaqah adalah kerinduan, dan terlambat adalah Kelalaian
Aku rindu zaman itu ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas
Aku rindu zaman itu ketika seorang ikhwah benar-benar jalan kaki 2 jam di malam buta sepulang mengisi dauroh 
Aku rindu zaman itu ketika akan pergi Halaqah selalu membawa uang infak, alat tulis,  buku catatan dan Qur’an terjemahan ditambah sedikit hafalan
Aku rindu zaman itu ketika seorang mutarobbi menangis karena tak bisa hadir di halaqah
Aku rindu zaman itu ketika seorang ikhwah berangkat halaqah dengan ongkos jatah Kuliah esok harinya
Aku rindu zaman itu ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, para mutarobbi patungan mengumpulkan dana apa adanya
Aku rindu zaman itu ketika para ikhwah dengan sigap dan siaga memenuhi seruan untuk berkumpul walaupun saat itu jam menunjukkan pukul 02.00 malam
Aku rindu zaman itu ketika para ikhwan membela seorang akhwat yang jilbabnya dilecehkan orang tak bertanggung jawab
Aku rindu zaman itu ketika kita semua memberikan segalanya untuk Da’wah ini
Aku rindu…
Ya ALLAH,
Jangan Engkau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati kami
Jangan Engkau jadikan hidup ini hanya berjalan di tempat yang sama
Teriring Salam penghormatan untuk Murabbi Agung Sepanjang Zaman Nabi Muhammad Rasulullah SAW beserta para penerus risalahnya.  Salam cinta untuk para Ikhwah fil Islam dimana pun berada  dan beberapa Ikhwah yang episode hidupnya terekam dalam puisi ini.
Salam rindu

0 komentar:

Posting Komentar